BEDA ZAMAN BEDA CERITA

Juni 27, 2016

pict source: pixabay.com

Di zaman sekarang ini, apa sih tolak ukur seseorang dikatakan gaul? Jawaban yang diberikan mungkin akan berbeda bagi setiap orang. Namun satu yang pasti, kalo kamu tak punya handphone, kamu akan dianggap kampungan, ketinggalan jaman dan tidak kekinian. Benar tidak? Soalnya di sekeliling saya seperti itulah yang terjadi.

Sangat berbeda keadaannya dengan sepuluh tahun yang lalu. Saat itu, memiliki handphone seolah memiliki barang mewah. Saya ingat banget, saya baru bisa memiliki handphone untuk pertama kalinya pada tahun 2005, tepatnya saat saya duduk di bangku kuliah semester lima.

Perasaan saya ketika memiliki “barang berharga” itu hampir tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Bahagianya sungguh tak terkira. Handphone polyphonic dengan radio itu mampu melambungkan rasa percaya diri yang saya miliki hingga berkali lipat. Pasalnya, pada masa itu tidak semua orang diberi keberuntungan untuk memiliki handphone.

handphone pertama yang saya miliki

Namun lihatlah saat ini. Handphone dimiliki oleh hampir semua orang. Handphone seolah sudah menjadi kebutuhan pokok tak ubahnya makanan ataupun pakaian yang semua orang wajib memilikinya. Ia tidak lagi menjadi “barang mewah” seperti sepuluh tahun yang lalu, kini ia menjelma menjadi barang primer.

Contoh kecil dari hal ini adalah banyaknya anak balita yang sudah akrab dengan perangkat yang satu ini. Tidak perlu jauh-jauh mengambil contoh, "Wahyu" anak saya saja yang usianya belum genap lima tahun sudah pandai memainkannya dan sudah akrab dengan teknologi ini sejak usianya baru menginjak dua tahun.

ckckck, anak sekecil ini sudah pandai memotret menggunakan handphone ^_____^

Bukan hanya handphone, Wahyu juga sudah akrab dengan laptop/notebook sejak dini. Ia sudah pandai meng-on/off-kan laptop punya suami saya sejak usianya masih tiga tahun. Mungkin karena sering melihat papanya menyalakan dan mematikan laptop, ia dengan mudahnya meniru hal itu. Bila ingin bermain game atau menonton video favoritnya, tanpa ragu ia akan membuka dan menyalakan laptop suami atau notebook saya. *FYI, di laptop suami dan notebook saya memang tersimpan beberapa game dan video untuk anak-anak*

Melihat tingkahnya, seketika saya teringat masa-masa awal saya mengoperasikan komputer belasan tahun yang lalu. Percayakah kamu bila saya katakan bahwa saya baru memegang komputer untuk yang pertama kalinya adalah saat saya sudah duduk di bangku kuliah semester satu? Mungkin banyak diantara kamu yang tidak percaya, tapi itulah yang terjadi.

Saya ingat, komputer yang pertama kali saya pegang adalah komputer kakak senior saya di kampus yang kebetulan tinggal di kost-an yang sama dengan saya.*FYI again, saya bersekolah di satu-satunya SMA yang ada di kecamatan tempat tinggal saya dan waktu itu belum ada mata pelajaran komputer. Jangankan belajar komputer, saat itu sekolah kami bahkan belum memiliki satu unit komputerpun, begitu juga dengan tempat kursus komputer, belum ada yang membuka usaha itu di kampung kami, jadi itulah alasannya mengapa saya baru memegang komputer setelah duduk di bangku kuliah*


Saat pertama kali memegang mouse komputer punya kakak senior itu tangan saya gemetaran. Walau sudah berulang kali diberitahu agar tenang dan santai saat memegang mouse, tapi jantung saya tetap berdetak kencang seperti genderang mau perang hingga membuat folder atau file yang saya klik susah banget terbuka. Hahaha kalo mengingat kejadian itu rasanya malu banget euy.

Saya baru mengenal istilah “Hang, loading, restart, on/off” dan beberapa istilah lainnya di bidang teknologi saat berusia tujuh belas tahun, sesaat setelah tamat SMA sedangkan anak saya mengenal istilah itu di usia yang sangat belia. Timpang banget yah perbedaannya?

Menanggapi fenomena ini adik saya sempat melontarkan kalimat yang bunyinya kira-kira seperti ini:
Wahh, enaknya jadi anak jaman sekarang, masih kecil-kecil sudah akrab dengan teknologi, bandingkan dengan jaman kita kecil dulu, main tetris saja seolah sudah menemukan permainan yang paling canggih”


Kalimat adik saya itu rasanya tepat banget. Tapi mungkin memang sudah takdirnya anak-anak yang terlahir di zaman millennium ini menjadi anak yang melek teknologi sejak usia dini, wong masih di dalam kandungan saja mereka sudah diperiksa pake alat-alat yang menggunakan teknologi canggih kok, jadi bukan hal yang mengherankan bila mereka sudah akrab dengan teknologi sejak usia belia.

salah satu generasi millenium yang sudah melek teknologi sejak usia belia
 
seperti inilah gaya Wahyu bila sedang serius di depan notebook saya

Dampak teknologi bagi anak

Namun secanggih apapun teknologi ternyata tetap memiliki dampak positif juga negatif bagi penggunanya. Seperti itu juga yang kami rasakan. Lalu apakah dampak yang didapatkan bila mengenalkan teknologi (dalam hal ini hanphone/smartphone/tablet & laptop/notebook) pada anak sejak usia dini?

Ini dia dampak positif dan negatif yang kami rasakan setelah mengenalkan teknologi sejak dini pada Wahyu:

Dampak positif:
  • Anak  lebih cepat mengetahui sesuatu.
Sejak mengenal handphone (smartphone) dan laptop/notebook, Wahyu menjadi lebih cepat belajar. Beberapa permainan dan video yang dimasukkan oleh papanya dalam smartphone dan laptop/notebook mampu membuatnya mengetahui banyak hal yang kadang membuat saya membatin “ih, ternyata anak saya sudah sepintar ini”

ilmu yang didapatkan dari papanya, diajarkan kembali pada adik sepupunya :)
  • Saat sedang asyik bermain di depan laptop dan smartphone, Wahyu menjadi anak yang “tenang dan manis”.
Wahyu tidak akan banyak tingkah saat sedang memainkan laptop atau smartphone. Ia hanya akan duduk atau bobo manis menyaksikan apa yang ada di depannya. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sebelumnya terpending.

Dampak negatif:
  • Anak menjadi malas melakukan sesuatu.
Saat Wahyu sedang asyik bermain atau nonton di depan laptop/smartphone, kami (saya dan suami) akan kesulitan untuk memintanya melakukan sesuatu. Mau makan ogah, mau mandi malas, mau tidur siang susahnya minta ampun. Ia baru akan mau melepaskan diri dari belenggu “benda keramat” itu bila keduanya lowbat.

Teknologi yang mendukung keseharian kita sejatinya memiliki sisi positif dan negatif, tergantung seberapa cerdas kita memilah dan memanfaatkannya. Sampai saat ini saya masih mengizinkan Wahyu untuk menggunakan laptop juga tablet/smartphone karena merasa lebih banyak manfaat dibanding mudharat yang kami dapatkan dari kedua teknologi ini.

"Lomba ini diselenggarakan oleh IDCopy.net dan Eliska.id"



You Might Also Like

44 Komentar

  1. ahayyy, si ken jg gt mbk, klok udh dpn tv, susah bgd diajak mandi. bahkan kdg klok kebelet pipis pun rela ditahan, demi nonton acara favoritnya...hadehhh. anak-anak ya
    tp sejauh ini, sama kyk dikau mbk, aku jg masih ngijinin si ken nonton tv mbk, alhamdulillah, bnyak manfaatnya,

    BalasHapus
    Balasan
    1. anak-anak kalo udah asyik melakukan sesuatu bakalan gak tertarik lagi melakukan hal lainnya yah Mba Inda :)

      Hapus
  2. henpon pertama saya itu yang gede banget ituloh mbak tahan banting hahaha sekarang gatau dimana

    BalasHapus
    Balasan
    1. hp saya itu bahkan masih berfungsi hingga kini loh Mba Ninda, hanya saja lampunya udah gak nyala dan kadang-kadang suaranya hilang. tapi kalo dipake telponan, sms dan dengar radio masih bisa, hihihi :D

      Hapus
  3. saya mulai kenal hape pas udah kerja hihihi. Giliran anak saya juga sejak kecil :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena mereka terlahir di jaman teknologi Mba, makanya gak heran kalo mereka melek teknologi sejak dini :)

      Hapus
  4. Betul banget mba, sama kayak anakku. Jadi biar dia nggak ngetablet mulu, semua video yutub yg dia suka tak download, nontonnya tentu saja di TV layar datar yg bisa nyolok FD fyuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. belum pernah coba nyolokin FD ke TV Mba, tapi sepertinya mulai sekarang akan saya coba deh, biar dia gak ganggu aktivitas mamanya ngeblog :)

      Hapus
  5. dilema ya mbak... apalagi anak2ku sdh besar semua
    mau dilarang itu kok ya gak bisa
    yg penting kita tetap memantau saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. anak-anak semakin dilarang semakin penasaran Mba, tapi memang harus dipantau :)

      Hapus
  6. wah hape pertama nya sama mbak..punya saya yg warna pink tp sudah hilang. hape keren pada jamannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu juga casingnya warna pink Mba, cuman karena sering jatuh jadi saya ganti casingnya jadi warna pink :)

      Hapus
  7. Beda zaman beda cerita, dulu ibu saya juga suka bilang begitu waktu saya masih kecil, hehe.
    Sekarang giliran saya yang bilang begitu.
    Saya lupa lagi ada lomba ini, sukses untuk lombanya ya mbak Ira

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mba Lidha, setiap generasi punya cerita dan keunikannya masing-masing :)
      Amin untuk doanya :)

      Hapus
  8. Untung pas bocah masih ngerasain enaknya jadi bocah yg bisa main pake tenaga, main petak umpet gitu. Beda sekarang mainnya cuma duduk sama liat gadget aja huhu.

    Hape pertamaku Nokia 3310 waktu SD hahaha, ga dibuat komunikasi cuma dibuat main Snake sama Space Impact. Dulu itu game paling mutakhir, ya kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bahkan hingga beberapa bulan yang lalu saya masih suka main Snake sama Space Impact itu loh, emang sesuatu deh kedua game itu hihihi :D

      Hapus
  9. Waduh, gaya Wahyu keren pisan ;)

    Iya ya Mak, lain generasi lain juga jamannya. Semua ada sisi positif dan negatif, tinggal kita selaku user yang harus bisa menguasainya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sesuai judul yah Mba, beda zaman beda cerita :)

      Hapus
  10. Aduh jadi inget juga sama handphone pertama saya waktu itu, ada sedihnya dan adan senangnya juga kalau mengingat masa masa kebelakang dan salah satunya mengingat hp pertama saya. Tapi alhamdulillah semakin kesini alhamdulillah hp juga semakin meningkat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hp pertama memang selalu punya cerita menarik yah Mas :)

      Hapus
  11. Pintarnyami tawwa Wahyu, ilmunya ditransfer lagi ke sepupunya ;)

    BalasHapus
  12. haaa iya, ponakanku gak aku ajarin aja bs otak atik hpku mbak. batita skrg mah canggih. ibuku sampe geleng2 liat cucunya yg pinter main hp. dan baru mau lepas kalo batre habis

    BalasHapus
    Balasan
    1. begitulah anak-anaj sekarang Jiah, bikin geleng-geleng orang yang melihatnya :D

      Hapus
  13. Wahahaha emang bener sih -_- jaman sekarang sama jaman dulu mah beda banget -_- dulu aku SD mah sama sekali nggak kenal yang namanya hape, suweran deh -_- tapi sekarang, anak SD mah selfie-selfie instagraman :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ajah baru punya akun instagram belum lama ini, ckckck anak-anak sekarang memang sudah canggih-canggih euy :D

      Hapus
  14. Iya mbak... Saya masuk SMA tahun 95. Komputernya masih under DOS blm windows...masih pake 2 disket master dan satunya buat nyimpen data. Rental komputer sebuah lahan bisnis. Wartel masih banyak... Sekarang? Anak kecil aja pegangnya hp:-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sekarang usaha wartel & warnet hampir nggak bisa menghasilkan lagi yah Mba soalnya hampir semua orang sudah bisa mengakses internet dan menelpon lewat hpnya masing-masing :)

      Hapus
  15. HP pertama saya masih jadul seperti punya mbak Ira yang gambar atas itu, tapi HP pertama anak saya sudah android touchscreen. Kerenan mana, hayoo? Hehe

    Orang tua harus pandai-pandai mengawasi penggunaan HP pada anak ya, mbak Ira :)

    BalasHapus
  16. Iya bener. Teknologi sekarang sudah merambah nyaris ke semua orang berbagai genre usia bahkan status sosial.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hp sekarang bukan lagi barang mewah yah Mba Ade karena semua orang sudah bisa memilikinya :)

      Hapus
  17. Teknologi itu ada di dua sisi ya mbaa. Kalau bisa dipergunakan dengan baik hasilnya akan baik pula. Begitu pun sebaliknya :)

    BalasHapus
  18. iya mbak memang beda zaman beda pula cara pengajarannya yah
    anak balita ku aja dah tau banget ama laptop wkwkwk

    BalasHapus
  19. Henpon sekarang jadi kebutuhan pokok yaaa, ketinggalan hp pasti balik lagi ambil

    BalasHapus
  20. No way mba.. Generasi millenium apa generasi sosmed hehehe.. Aku prefer kalau memang ingin mengajarkan anak untuk memotret sesuatu, berikan kamera, bukan henpon.. Pelajaran juga nih buat aku, wanti wanti banget sama yang namanya gadget for kids.. Btw good luck ya mba

    BalasHapus
  21. Anakku juga pande bgt nonton youtube n foto selfi

    BalasHapus
  22. Yang jelas kalau dulu pake HP jadul lebih banyak bersilaturahmi dengan saudara dan orang terdekat, tapi di era smartphone seakan terbalik, "menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh" :'(

    BalasHapus
  23. kalau dulu hp ga ada kameranay ya mbak :)good luck y ambak lombanya. Maaf aku baru bisa mampir lagi mbak

    BalasHapus
  24. Yuppss...setuju mba. Sejatinya kecanggihan teknologi jgn sampai melenakan yg membuat terjerumus pada hal nwgatif

    BalasHapus
  25. Wah telat banget mau ikutan lomba ini.

    BalasHapus
  26. kok sama sii mba, handphone saya yang pertama juga hape nokia yang itu waktu zaman SMP tahun 2004an hehehe *salam kenal :)

    BalasHapus
  27. Adek sepupuku juga masij kecil kecil udah jago banget mainin game di smartphone sementara aku belum tamay dia udah duluan. Tapi ya gitu, kadang dengan dia betah main sama smartphone jadi malas bersosialisai.

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊

Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉

Member Of




Recent Comments

`