pic source: pixabay.com |
Pernahkan teman-teman merasa selalu berburuk sangka (suudzon) terhadap orang lain?? Mudah-mudahan tidak pernah yah, cukup saya saja yang pernah mengalaminya karena rasanya sangat mengganggu dan menyiksa.
Kali ini saya akan bercerita tentang perjuangan saya melawan rasa suudzon yang sudah cukup lama saya derita. Rasa suudzon ini membuat saya tidak nyaman karena sudah sangat mengganggu hubungan sosial saya dengan orang-orang. Sebenarnya saya malu menceritakan ini (karena saya merasa ini adalah aib) tapi mungkin ada orang di luar sana yang juga merasakan hal yang sama dengan bisa mengambil pelajaran dari kisah yang akan saya tulis ini.
Iya, sejak kurang lebih setahun lalu saya dilanda penyakit hati yang bernama “Suudzon” ini. Jadi setahun belakangan ini saya menjadi orang yang selalu berprasangka buruk pada orang lain. Pada teman kantor, pada teman jalan, pada sahabat, pada adik-adik saya, pada suami bahkan pada orang yang baru saya temui. Parah banget yah?
Entah kenapa prasangka buruk ini selalu saja muncul. Perasaan ini perlahan-lahan menyelinap hadir di dalam pikiran saya. Ia bagaikan virus yang menyerang pikiran dan memaksa saya untuk selalu menilai apapun dengan negatif sehingga sangat sulit bagi saya untuk melihat sisi positif dari orang lain.
Rasa suudzon ini sangat menyiksa. Iya, saya tersiksa dengan kehadirannya yang tidak saya inginkan. Saya merasa menjadi orang jahat karena telah menuduh orang lain sesuka hati. Menuduh mereka melakukan hal yang belum tentu dilakukannya (walau hal itu hanya ada dalam pikiran saja).
Hingga saya terpikir untuk menuliskan ini sebagai peringatan kepada diri sendiri bahwa berprasangka buruk itu adalah hal yang sangat jahat. Beberapa hal negatif yang saya rasakan akibat berburuk sangka terhadap orang lain:
~ Pikiran tidak tenang
Setiap kali diserang rasa suudzon, saya selalu merasa tidak tenang. Saya selalu merasa bahwa apapun yang dikatakan oleh lawan bicara saya adalah bohong. Selalu merasa bahwa diam-diam orang itu telah melakukan hal buruk di belakang saya.
~ Sulit untuk merasa cukup
Rasa suudzon ini juga membuat saya menjadi orang yang kufur nikmat. Ketika saya mendapatkan tambahan rezeki, saya selalu merasa bahwa yang didapatkan oleh teman saya pasti nilainya lebih besar. Astaghfirullah.
~ Suka merasa iri
Ketika melihat teman sedang tertawa, saya selalu berpikir alangkah bahagia hidupnya. Saya merasa hidupnya pasti lebih bahagia dari hidup saya dan saya membenci hal itu. Saya tidak menyadari bahwa setiap orang itu memiliki kebahagiaan dan masalahnya sendiri.
~ Menimbulkan penyakit
Karena suka memikirkan hal yang belum tentu terjadi, akibatnya saya sering menderita sakit kepala.
**
Dan satu bulan yang lalu saya bertekad untuk mengusir rasa suudzon ini. Satu bulan belakangan ini perlahan-lahan saya mencoba untuk mengusir rasa itu dan berusaha menghilangkannya dari dalam pikiran dan hati saya.
Alhamdulillah sejak niat baik itu tertanam, sedikit demi sedikit perasaan saya mulai tenang, meskipun rasa suudzon itu belum sepenuhnya hilang namun saya sudah bisa melihat dan berpandangan baik terhadap orang lain dan hal itu membuat saya lebih tenang menjalani hidup *mudah-mudahan seiring berjalannya waktu rasa suudzon itu bisa pergi selamanya dan jangan balik-balik lagi, amin..*
Berikut beberapa hal yang saya lakukan untuk mengikis rasa suudzon saya terhadap orang lain:
~ Selalu berprasangka baik pada orang
Satu-satunya hal yang bisa menghilangkan prasangka buruk adalah melakukan hal yang sebaliknya yaitu berprasangka baik. Sebulan belakangan ini saya selalu berusaha menilai apapun secara positif. Awalnya memang sulit, tapi saya berusaha untuk melakukannya. Setiap kali pikiran jahat itu muncul, saya mencoba menanamkan dalam pikiran saya bahwa tidak semua yang terlihat itu seperti kelihatannya dan tidak semua yang kita dengar seperti kedengarannya. Dalam hal ini saya menerapkan asas praduga tak bersalah.
~ Berusaha untuk selalu percaya pada orang
Apapun yang di katakan oleh lawan bicara saya, saya berusaha untuk selalu percaya, saya menanamkan dalam pikiran saya bahwa yang dia katakan adalah benar, jika dia melakukan kebohongan, maka kebohongannya pasti akan terlihat. Serapat apapun kebohongan disembunyikan pasti akan ketahuan, seperti halnya peribahasa serapat apapun bangkai di sembuyikan baunya pasti akan tercium juga.
Dalam agama apapun sebenarnya kita dilarang untuk berprasangka buruk terhadap orang lain. Dan karena saya adalah seorang muslim, maka setiap kali prasangka buruk itu muncul saya segera beristighfar dan berbicara dalam hati bahwa suudzon adalah kejahatan yang harus diperangi.
Menurutku bersyukur ini adalah kunci dari semuanya. Dengan bersyukur, kita akan selalu berprasangka baik dan selalu merasa cukup dengan apa yang kita punya sehingga membuat kita lebih tenang dan bahagia.
Semoga saya bisa istiqomah dalam memerangi rasa suudzon ini dan semoga kita semua dijauhkan dan dibebaskan dari penyakit hati yang bernama Suudzon ini, amin..