HAROANA SUMANGA; ACARA ADAT YANG DILAKUKAN KELUARGA KAMI SAAT LEBARAN KEMARIN

Juli 29, 2016

acara adat masyarakat buton

Tidak terasa yah sudah lebih tiga pekan lebaran meninggalkan kita. Tidak terasa juga ternyata satu persatu adik-adik saya sudah meninggalkan rumah mama. Terakhir, kemarin pagi kami baru saja mengantar adik bungsu kami ke pelabuhan untuk kembali menuntut ilmu di kota Kendari.

Hari-hari mama mulai sunyi lagi. Semua anaknya sudah kembali ke tempat kuliah juga tempat tugas masing-masing. Bila sudah begini, maka mengenang momen kebersamaan kami saat lebaran kemarin sudah tentu menjadi hal yang sangat menyenangkan dan ngangenin.

Lebaran tahun ini kami lalui penuh suka cita, terlebih di tahun ini ada penambahan anggota baru dalam keluarga kami. Iya, beberapa bulan sebelum lebaran, adik saya yang tinggal di Maluku Utara menikahi kekasihnya dan ramadhan kemarin mereka mudik untuk merayakan hari kemenangan di rumah mama.

Fyi, saya dan adik-adik tinggal di kota yang berbeda dengan mama. Satu adik saya tinggal di Kepulauan Morotai (Maluku Utara), satu tinggal di Binongko (Kabupaten Wakatobi), satu sedang menyelesaikan kuliahnya di Kendari sedangkan saya dan satu orang adik lagi tinggal di Bau-Bau. Kami jarang banget bisa berkumpul di rumah mama, sehingga lebaran menjadi momen yang selalu kami nanti kedatangannya karena pada saat inilah kami bisa merasakan nikmatnya kumpul bersama untuk melepas kangen.


pantai katembe
Anak perempuan mama bertambah satu ^_____________^

Dan lebaran kali ini terasa lebih istimewa karena ada satu acara adat yang diselenggarakan oleh Mama di hari kedua lebaran. Nama acaranya adalah "HAROANA SUMANGA". Secara harfiah, Haroana sumanga adalah salah satu acara adat yang umum dilakukan oleh orang-orang Buton untuk menghormati arwah para leluhur. Selain itu, acara ini juga dilaksanakan sebagai bentuk syukuran atas kebahagiaan yang dirasakan.

Namun selain dua hal di atas, ada alasan lain yang mendasari mama menyelenggarakan Haroana Sumanga yaitu sebagai ucapan selamat datang pada menantu perempuannya sekaligus sebagai ajang untuk mengenalkan sang menantu kepada keluarga besar, para tetangga, handai taulan juga kepada para roh keluarga yang telah meninggal dunia, utamanya almarhum papa.

Dengan dilaksanakannya acara ini diharapkan keluarga besar, handai taulan dan para tetangga mengetaui bahwa ada tambahan anggota baru di dalam keluarga kami. Diharapkan juga agar para sumanga (roh orang yang sudah meninggal) tidak mengganggu kehidupan adik saya dan istrinya. Mama percaya kalau roh orang meninggal masih bisa berinteraksi dengan makhluk yang masih hidup. *Sebagian orang Buton (terutama angkatan tua) masih percaya kalau arwah orang meninggal masih bisa mengganggu kehidupan orang yang masih hidup*

Tapi walaupun acara ini ditujukan untuk para sumanga, tata cara pelaksanaannya tidak mengandung unsur ghaib kok. Yang terjadi justru sebaliknya, acara ini diisi dengan pembacaan doa, lantunan ayat-ayat suci alquran dan shalawat nabi (barasanji) oleh ibu-ibu majelis taklim dan perangkat masjid.

Imam masjid membacakan doa untuk kebaikan dan keselamatan kami sekeluarga, juga untuk kebahagiaan dan kelanggengan hubungan adik saya dengan istrinya. Selain itu sang imam juga mengirimkan doa kepada para sumanga (khususnya papa) agar diampuni segala dosa yang telah diperbuat selama di dunia, dilapangkan kuburnya dan diberi tempat yang layak di sisiNya.

haroa, salah satu acara adat masyarakat buton
Adik saya & istrinya di tengah-tengah pelaksanaan Haroana Sumanga


haroa, salah satu acara adat masyarakat buton
para perangkat masjid dan ibu-ibu majelis taklim sedang melantunkan ayat-ayat suci dan shalawat nabi

Usai melantunkan ayat suci alquran, barasanji dan pembacaan doa barulah kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama para tetangga dan beberapa tamu undangan yang hadir. 

Usai mengikuti rangkaian acaranya, saya menarik kesimpulan bahwa ternyata acara Haroana Sumanga ini asyik juga. Selain mendengarkan pembacaan doa-doa, lantunan ayat-ayat suci dan shalawat nabi, rasanya masih ada beberapa hikmah yang bisa kami petik dari acara adat ini, di antaranya:

  • Mempererat hubungan persaudaraan di antara kami (anak-anak mama).
  • Meningkatkan hubungan silaturahmi kami dengan para tetangga dan orang-orang  di sekitar kami, khususnya yang tinggal di sekitar rumah mama.
  • Menyambungkan kembali tali silaturahmi kami dengan keluarga jauh dan beberapa tetua yang selama ini jarang kami temui.
  • Membuat kami semakin menyayangi Mama.
  • Membuat kami semakin rajin mendoakan Almarhum Papa yang sudah lebih dulu meninggalkan kami.

Satu hal yang bisa saya katakan bahwa saya merasa bersyukur diberi kesempatan untuk menyaksikan dan mengikuti acara ini. Saya juga merasa senang menjadi bagian dari masyarakat yang masih mau melestarikan salah satu adat dan kebudayaan Buton yang sudah mulai tergerus zaman ini.

Dan ada satu doa yang saya panjatkan sepenuh hati di hari lebaran tahun ini, adalah semoga kami masih diberi kesempatan untuk merayakan lebaran yang penuh suka cita seperti lebaran kali ini di lebaran-lebaran berikutnya. Semoga kami semua diberi kesehatan dan umur panjang hingga masih bisa berkumpul dan merasakan kebahagiaan seperti ini lagi di waktu-waktu yang akan datang, amin..

Kalo kamu, gimana cerita lebaranmu kemarin gaes? Pasti tak kalah asyik dan seru dong? Yuk ceritain keseruannya di kolom komentar ^_____________^

You Might Also Like

22 Komentar

  1. Aku selalu suka cerita-cerita kayak gini Mba. Menambah wawasan dan ya, bahwa Indonesia itu kaa dan berwarna dangan segala adat dan tradisi yang berbeda di tiap daerahnya.

    Gudlak untuk lombanya ya, Mba Ira :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih Mba Rotun :)
      rasanya alhamdulillah banget bila tulisan saya menambah wawasan :)

      Hapus
  2. Aku lebaran ngak mudik ihik ihik

    BalasHapus
  3. Beda tempat beda juga adatnya, indonesia sangat beragam.

    BalasHapus
  4. wah baru tahu adat ini.. mirip acara yasinan gitu tapi yasinan di betawi biasanya dilakuin kalo abis ada yang meninggal dunia sih. indonesia beragam banget ya budayanya

    BalasHapus
  5. Mbak Ira..aku selalu suka kalo dirimu nulis tentang acara2 adat dari Bau-Bau, jadi tahu lebih banyak kekayaan adat leluhur yang musti dilestarikan. Aaah...kapan ya bisa sampai kesana? Aku sama teman2 lagi menyusun rencana buat ke Luwuk dan Makasar. Masih jauh ya dari tempat mbak Ira?

    BalasHapus
    Balasan
    1. senang rasanya bila ada yang menyukai tulisan saya tentang Bau-bau/Buton Mba :)
      Bau-Bau ada di Sulawesi Tenggara Mba Ika, jadi jauh jaraknya kalo dari Makassar (Sulawesi Selatan) dan Luwuk (Sulawesi Tengah)

      Hapus
  6. Haroana Sumanga,
    sering2 berbagi ttg bau bau ya mbk ira, jd nambah2 pengtahuan nih, kali aja suatu saat eikeh bs kesana, amiinnn...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, kalo Mba Inda kesini jangan lupa kabarin yah biar tak temani :)

      Hapus
  7. Sejak menikah, Lebaran Idul Fitri pasti mudik ke Raha, dan pasti lihat haroa juga. Biasanya hari pertama itu di rumah Kakeknya Suami, trus hari berikutnya ada haroa juga di rumah Mertua :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya say, untuk daerah muna, bau-bau, buton dan wakatobi pasti tahu dan melakukan tradisi ini :)

      Hapus
  8. Sehat sehat ya mama. Teringat ibuku yg juga tinggal di kota berbeda. Yg bikin senang Lebaran di kampung itu masih adanya tradisi yg mempererat tali silaturahim. Keberadaan kita sebagai manusia terasa nyata.

    BalasHapus
  9. Wah saya jadi tahu nih nama daerah-daerah di Sulawesi, kalau dengan Poso jauh nggak mbak Ira? Poso sering saya dengar dari TV :)

    Senang ya bisa berkumpul dengan keluarga terutama mama di hari Lebaran. Saya sejak kecil belum pernah pisah dengan orang tua mbak, duh gimana rasanya ya bertemu dengan mama setelah sekian lama. Semoga mama dan keluarga mbak Ira sehat selalu dan bahagia meskipun tinggal berjauhan, aamiin :)

    BalasHapus
  10. saya selalu suka tiap mbak Ira bertutur, pasti ada kosakata baru buat saya. Kemaren makanan2nya yg unik, yg ini adatnya. Mbak Ira dan adek2nya tinggal di daerah tujuan wisata semua, hehe.
    Oya. Semoga mbak Ira dan saudaranya menjadi tabungan akherat tuk ayahndanya

    BalasHapus
  11. wah asyik sekali ya..
    belum pernah ke morotai..paling banter ke bali

    BalasHapus
  12. keluarganya berpencar ya tinggalnya tapi saat berkumppul pasti seru. aku baru tau ada acara adat ini

    BalasHapus
  13. Setiap daerah punaya kebiasaan masing-masing yang unik setelah lebaran ya, Mbak. Di Bandung apa, ya? Pastinya banyak turis yang berwisata. Ke venue, kulineran, atau wisata belanja. Biasanya abis lebaran di sini banyak yang kendurian nikahan.

    BalasHapus
  14. Haroana Sumanga dalam adat JAwa seperti acara Haul mbak. sedangkan Barasanji dalam adat JAwa dikenal sebgai barzanji. heuehee
    Tambah unik budayanya ya mbak... :D

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊

Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉

Member Of




Recent Comments

`