CERITA TANGGAL TUA SI ANAK KOST DI MASA LALU & SEKARANG

Mei 19, 2016

Hai gaes, gimana kabar kamu di hari kamis ini? Semoga sehat selalu yah.. Oh iya, mau tanya dong, kamu udah nonton video terbaru yang sedang jadi pusat perhatian itu belum? Itu tuh video seorang anak kost yang bernama Budi. Video Budi dan kisah tanggal tuanya yang fenomenal. hihihi videonya lucu yah ^______^

Dan buat kamu yang belum nonton, ini nih videonya:



Apa yang kamu rasakan setelah menonton video di atas? Kalo saya sih tertohok banget. Menonton kisah tanggal tua Budi di atas seketika membuat saya teringat pada masa-masa kelam saat masih menjadi mahasiswi beberapa tahun yang lalu. Iya, saat kuliah dulu saya juga ngekost seperti Budi dan seriiiing banget mengalami derita di tanggal tua.

Ngomong-ngomong tentang anak kost, apa sih momok menakutkan bagi seorang anak kost? Jawabannya pastilah kehabisan uang di pertengahan bulan sedang tanggal gajian atau tanggal kiriman dana dari orang tua (berlaku bagi anak kuliahan) masih lama. Bener nggak? Yang pernah ngekost pasti senyum-senyum nih, hihihi..

gambaran dompet anak kost
pic source: lucupool.beshopp.com

Saya yakin, nggak ada seorang pun anak kost yang mau kehabisan uang saat pertengahan bulan dan waktu gajian masih lama. Sayangnya, kehabisan uang di tengah bulan seolah menjadi tradisi yang masih sulit dihilangkan oleh banyak anak kost, salah satunya saya (dulu). Bahkan bisa dikatakan saya adalah seseorang yang hampir setiap bulan menjalani tradisi ini. Kejadian kehabisan uang di pertengahan bulan seolah menjadi lingkaran setan yang nggak tahu kapan berakhirnya.


Kisah tanggal tua anak kuliahan yang tinggal di kost-kostan.

Kuliah di tempat yang sangat jauh dari orang tua dan tinggal di kost-an adalah keputusan yang saya ambil tiga belas tahun silam. Awalnya orang tua keberatan melepaskan saya kuliah di tempat yang jauh karena khawatir saya nggak bisa hidup mandiri. Orang tua, terutama mama sangat khawatir, saya yang manja dan nggak pernah hidup terpisah dari orang tua tiba-tiba harus pergi jauh dan tinggal sendiri di kota yang jaraknya ribuan kilometer dari rumah, namun setelah melihat keteguhan hati saya untuk kuliah di kota itu, dengan berat hati akhirnya mereka mengikhlaskan anak gadisnya ini untuk menuntut ilmu di tempat yang jauh.

Hal pertama yang membuat saya kaget setelah menjadi anak kost adalah saya dituntut untuk mandiri dalam segala hal. Saat tinggal bersama orang tua, saya sangat santai menjalani kehidupan saya. Saya nggak pernah memikirkan semua pengeluaran di rumah, yang saya lakukan hanyalah belajar. Sangat berbeda keadaannya saat saya ngekost.

Menjadi anak kost membuat saya memikirkan banyak hal mulai dari hal remeh temeh menyangkut kehidupan pribadi saya hingga hal yang sangat penting seperti kegiatan kampus dan biaya-biaya yang harus saya keluarkan selama sebulan mulai dari biaya perlengkapan bulanan, biaya makan, biaya transport ke kampus, biaya masuk warnet untuk kerja tugas, biaya fotokopi hingga biaya-biaya lainnya yang sebelumnya nggak pernah terlitas di pikiran saya saat masih tinggal bersama orang tua.

Hmmm, begini toh rasanya menjadi anak kost? Saya dituntut untuk pandai mengatur keuangan agar nggak terjebak dalam istilah “senang seminggu, susahnya tiga minggu”. Tapi ternyata sepandai-pandainya saya mengatur keuangan, tetap ajah saya mengalami masa-masa paceklik yang memaksa saya mengencangkan ikat pinggang.


kamu pernah mengalami ini?? tenang, kamu nggak sendiri kok, saya juga mengalaminya
pic source: google

Bila masa paceklik itu datang, berbagai cara saya lakukan agar bisa bertahan hidup dan tetap bisa ngampus. Nggak lucu dong, masa udah jauh-jauh ke kota untuk kuliah akhirnya harus bolos karena nggak punya ongkos ke kampus. Kalo saya sih, selalu berusaha untuk tetap ke kampus walau persediaan dana di dompet semakin menipis. Bagi saya, biarlah saya nggak makan dan nggak melakukan hal-hal menyenangkan lainnya asal nggak bolos kuliah(saat itu rumah kost saya jaraknya memang jauh dari kampus).

Mau tau bagaimana cara saya bertahan hidup ketika tanggal tua menghampiri? Inilah beberapa hal yang saya lakukan ketika itu:

  • Puasa sunah senin-kamis
Inilah yang sering saya lakukan bila persediaan uang di dompet sudah mulai menipis. Selain mendapatkan pahala, puasa senin kamis terbukti mampu menekan pengeluaran saya di tanggal tua. Pahalanya dapat, dompetpun bisa bernapas lega 

  • Masak dan makan bareng teman se-kostan
Saat transferan dana dari orang tua baru mendarat cantik di rekening, saya dan teman-teman jarang banget makan di kost-an. Kami lebih suka makan di warung makan dekat kampus atau ke restoran fast food yang ada di pusat perbelanjaan. Pokoknya seminggu pertama itu kami manfaatkan untuk bersenang-senang deh, gaya kami udah seperti orang kaya beneran *LOL*. Tapi cerita mulai berbeda saat memasuki minggu kedua dan pundi-pundi mulai menipis. Nah lo, boros sih, makanya jangan boros-boros dong *_______*

Minggu kedua adalah minggu awal musim paceklik. Saat musim itu mulai menyapa, saya dan teman sekost-an baru kelimpungan menyusun strategi agar kami bisa terbebas dari masa menyeramkan yang mulai mengintai. Setelah berdiskusi, kami menemukan satu kesimpulan yang menyenangkan semua pihak yaitu kami sepakat untuk berbelanja kebutuhan makanan di pasar terdekat kemudian memasak dan makan bersama. Dengan melakukan hal ini kami mendapatkan dua manfaat sekaligus yaitu mempererat tali persahabatan juga menjaga dompet kami yang semakin menipis tetap aman.

  • Ngutang di ibu kost

Bila kondisi dompet saya sudah benar-benar memprihatinkan, yang mana di dompet hanya tersisa uang untuk sewa angkot ke kampus, maka jalan satu-satunya adalah ngutang di ibu kost. Mengapa nggak minjam sama teman? Yah karena merekapun sama seperti saya yang juga mulai kelimpungan karena dompet yang semakin menipis. Disaat paceklik ini, ibu kostlah yang menjadi dewi penolong. Untungnya ibu kost kami baik hati dan selalu mau meminjami kami uang. Karena beliau juga memiliki toko kelontong, maka kehidupan kami menjelang datangnya transferan dana dari orang tua menjadi sedikit terbantu.


cara bertahan hidup mahasiswi indekos ala saya. pic source: pixabay.com

Miris? Iya. Menyedihkan? Begitulah. Malangnya saya, kondisi tersebut tetap berlangsung hingga saya selesai kuliah *______* Jika mengingat saat-saat itu saya hanya bisa tersenyum kecut.

Pengalaman menyedihkan di tanggal tua pada masa kuliah itu membuat saya bertekad agar jangan pernah lagi merasakan hal yang sama di masa mendatang. Pokoknya di waktu-waktu mendatang saya nggak boleh lagi terjebak dalam "lingkaran setan tanggal tua".

Kisah tanggal tua pekerja kantoran yang tinggal di kost-kostan.

Setelah bekerja dan punya gaji sendiri, tekad untuk terbebas dari penderitaan di tanggal tua semakin menguat, saya nggak ingin mengulang masa-masa menyedihkan seperti saat kuliah dulu. Terlebih karena saya sudah menikah dan punya anak, jangan pernah lagi deh merasakan penderitaan seperti dulu. Apa kata dunia bila saya masih mengalami pengalaman buruk yang sama dengan puluhan tahun silam? Keledai ajah nggak mau jatuh untuk kedua kalinya dalam lubang yang sama, masa saya kalah sama keledai. Malu dong ah.. Tekad saya bulat, keterpurukan saya di masa lalu nggak boleh terulang lagi di masa kini.

Sejak bekerja, saya mulai mengatur pola keuangan saya. Setiap habis gajian, saya tanamkan pada diri saya agar nggak boleh boros. Budaya hemat harus saya terapkan sejak hari pertama gajian. Jangan mentang-mentang baru gajian, lalu dengan seenaknya hambur-hamburin uang untuk hal yang nggak manfaat? Oh no, cari uang itu susah gaes, jadi saat uangnya didapat harus disayang-sayang dong. Tapi ini bukan berarti pelit loh, maksud saya itu belanja seperlunya dan sewajarnya ajah. Yang paling penting adalah sesuai kebutuhan.

Saat ini, walau tinggalnya masih sama seperti tiga belas tahun yang lalu alias masih ngekost tapi Alhamdulillah saya telah berhasil keluar dari derita tanggal tua. Kedisiplinan dan kekonsistenan saya terhadap komitmen hidup hemat akhirnya membuat saya bisa keluar dari penderitaan masa lalu. Mau tau apa yang saya lakukan hingga bisa terbebas dari derita di tanggal tua? inilah langkah yang saya lakukan:

"Setelah gajian, segera pisahkan uang sesuai pos kebutuhan"

Terdengar sepele yah, tapi jika kita melakukan ini dengan sungguh-sungguh, kita akan benar-benar terbebas dari derita tanggal tua. Memisahkan dana sesuai posnya adalah cara paling efektif yang pernah saya lakukan. Cara ini nggak hanya menjaga kestabilan perekonomian keluarga kami tapi juga membuat kami (khususnya saya) menjadi lebih disiplin dan terkontrol ketika ingin mengeluarkan uang.

Kebetulan tanggal gajian saya dan suami berbeda. Suami gajian di minggu pertama setiap bulan sedangkan saya gajian di akhir bulan. Alhamdulillah saat ini kami sedang nggak punya utang jadi kami masih bisa bernafas lega. Gaji suami dipakai: 20% masuk ke rekening tabungan. 15 % ia pakai untuk membeli bahan bakar kendaraan miliknya dan beberapa keperluan pribadinya (hobby), 15% untuk kegiatan kami bersenang-senang (nonton atau jalan-jalan) dan sisanya untuk belanja keperluan pokok rumah tangga, beli susu anak saya, bayar listrik, air, pulsa modem dan handphone juga beberapa keperluan lain yang sifatnya primer.

Sedang gaji saya biasanya saya pakai: 40% masuk ke rekening tabungan (15% tabungan anak saya, 15% tabungan saya, 10% tabungan dana darurat yang sewaktu-waktu bisa diambil saat kami kepepet). 30 % untuk bayar kost, bayar beberapa arisan yang saya ikuti juga bayar sewa ojek bulanan yang mengantar jemput saya ke kantor. 5% untuk saudara-saudara yang kurang beruntung (semoga ini bukan riya yah) sedangkan sisanya akan saya gunakan untuk kebutuhan sekunder yang bertujuan untuk memanjakan diri dan menjaga penampilan saya seperti masuk salon, belanja pakaian, jilbab, sepatu atau tas baru (tapi ini belinya saat ada diskon sih, jarang banget mau beli dengan harga normal, dasar emak-emak modis *modal diskon* LOL).


cara terbebas dari derita tanggal tua ala pegawai kantoran yang masih tinggal di kost-kostan seperti saya
pic source: pixabay.com

Sekali lagi, keberhasilan cara ini tergantung dari kedisiplinan dan konsistensi diri yah gaes. Uang yang sudah kita anggarkan untuk pos kebutuhan yang satu, nggak boleh lagi kita pakai untuk pos yang lain. Sekali saja kita melanggar, maka semuanya akan sia-sia.

Belanja di tanggal tua? Boleh kok..

Lalu apa jadinya bila keinginan berbelanja itu muncul di tanggal tua? Jawaban saya sih nggak masalah, kan saya gajiannya di tanggal tua (maksudnya akhir bulan) *LOL* nggak deng, kan di atas udah jelas pembagian posnya, jadi belanja kapanpun dan di manapun jelas nggak akan mengganggu pos yang lainnya (asal harga barangnya nggak boleh lebih besar dari dana yang ditetapkan loh yah).

Tapi bagi saya, belanja kebutuhan pokok rumah tangga untuk persediaan satu bulan selalu saya lakukan di awal bulan setelah suami gajian. Sedangkan untuk kebutuhan sekunder belanjanya bisa kapan ajah tergantung kapan keinginan berbelanja itu menghampiri, jadi nggak perlu ditetapkan kapan waktunya. Kalo keinginan berbelanjanya di awal bulan, yah langsung belanja ajah, begitupun bila keinginan belanjanya muncul di akhir bulan, bagi saya mah nggak masalah juga.


ternyata meme ini nggak sepenuhnya benar, kita masih bisa kok tergoda
diskon di tanggal tua, asal pandai-pandai mengatur keuangan di awal bulan
pic source: google

Untuk berbelanja keperluan sekunder saya sukanya belanja online, alasannya karena menurut saya lebih praktis di banding berbelanja offline. Selain nggak capek dan pegal karena harus keliling dari satu toko ke toko lainnya, nggak pake ribet, pilihan barangnya juga lebih beragam. Hanya modal jari, smartphone, laptop/pc dan kouta internet, barang yang kita suka akan tiba di rumah kita.

Tapi, selain beberapa alasan di atas sebenarnya masih ada satu alasan lagi yang membuat saya lebih suka belanja online. Mau tau apakah itu? Ayo coba tebak, apakah gerangan hal itu? Yup, kamu benar. Alasan lainnya adalah diskon.

Diskon yang saya maksud di sini bukanlah sekedar diskon 10% atau 20%, tapi diskon hingga 80% loh. Sebagai ibu-ibu modis (modal diskon) yang matanya langsung ijo saat melihat kata diskon *LOL* tentunya ini semakin membuat saya tertarik belanja online.


diskonnya ngeri-ngeri sedap, hihihi ^______^  pic source: mataharimall.com


Tapi wait wait, diskon hingga 80% itu memang benar adanya? Atau hanya tipu-tipu semata? Yah benaran dong gaes, nggak percaya? Coba deh ke mataharimall.com dan lihat apakah yang saya katakan ini benar adanya? Tapi setelah ke sana jangan kaget dan kalap yah, belanjanya tetap harus sesuai budget dan kebutuhan agar nggak membuat kamu mengalami derita di tanggal tua seperti yang saya alami sewaktu jadi anak kost beberapa tahun silam 

So, masih merasakan derita di tanggal tua?? Harusnya sih udah nggak dong. Saya ajah bisa terbebas dari derita masa lalu eh tanggal tua, masa kamu nggak bisa? Yuk pandai-pandai mengatur keuangan kita agar terbebas dari belenggu tanggal tua.

You Might Also Like

30 Komentar

  1. hahaha, cerita yang seru

    moga sukses mba

    BalasHapus
  2. Klo jamanya ngekos paling dulu aku maem sama gorengan hihihi

    BalasHapus
  3. jadi nostalgia masa ngekos :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sampai sekarang masih ngekost Mba Ninda :)

      Hapus
  4. Deehh, betul2 masuk kategori anak kost sejati dii Kak, merasakan derita tgl tua itu tadi, xiixixx.

    Untung sekarang sdh move on yah, walau msh jd anak kost, tp sdh naik kelas mi tawwa, apalagi sdh berpenghasilan sendiri ;) daann aduuuhh itu diskon 80% nya naaahh bikin ndak tahan #hidupmodis =))

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi begitulah, alhamdulillah sudah naik tingkat :)
      ayo intip-intip diskon 80%-nya :)

      Hapus
  5. Setuju dengan puasa senin kamis, mbak Ira. Selain lebih irit dapat ibadahnya juga ya, hehe

    Mau dong diskon 80% nya, lumayan lho bisa jadi obat penyemangat selama tanggal tua :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. puasa senin kamis adalah salah satu langkah jitu bagi anak kost Mba Anjar :)

      ayo segera dilihat-lihat barang diskonnya Mba :)

      Hapus
  6. Pundi-pundi tabungannya cepet penuh mbak...banyak bgt persentasenya :-) aku blm pernah ngekost, tinggal mandiri pas kkn ma pasca nikah aja.. Btw, seru mb ceritanya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, makasih Mba Sulis :)
      kalo saya anak kost sejati Mba, hihihi :D

      Hapus
  7. seru jadi inget waktu nge kost banyak temanku yang ngalami gejala tanggal tua

    BalasHapus
    Balasan
    1. anak kost memang identik dengan tanggal tua Mba Erna :)

      Hapus
  8. Aku belum pernah jadi anak kost, jadi enggak tahu rasanya.. hehe
    Apalagi tanggal tua...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Witri enak dong, beda banget sama saya yang sejak 13 tahun yang lalu udah merasakan jadi anak kost, hihihi :D

      Hapus
  9. tanggal tua ada diskonan, bisa kalap mata nih :D
    weheheee

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar banget Mba Rohma, diskonnya bikin kalap mata :D

      Hapus
  10. dulu waktu kuliah aku pinginnn pake banget ngerasain tinggal di kost-kostan.. kayaknya enak, seru... tapi gak boleh ama ortuku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tinggal di kost-kostan seru loh Mba Ade :)
      tapi kalo kampus dekat dengan rumah sih, nggak usah ngekost :)

      Hapus
  11. aku mah lagi ngekost kalau tangal tua suka ngamen bareng temen2 di tempat nongkrong anak muda, sdh adpat duit buat makan malam. Atau cari ayng ada pesta nikahan, pura2 jadi tamu daat makan gratis

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya nggak berani pura-pura jadi tamu di nikahan orang Mba Tira, rasa malu dan takut ketahuan itu yang masih terus menghantui, hihi :D

      Hapus
  12. Jgn cuma puasa Senin-Kamis, puasa Daud sekalian, biar dalam seminggu makan 3 kali doang *terus lemes. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada loh temanku yang puasa daud, nggak lemas dan tetap semangat menjalani hari-harinya, tapi kalo saya sih nggak akan sanggup :)

      Hapus
  13. Pengalaman jadi anak kost itu suka miris ya Mbak penuh perjuangan tapi karena ditempa pahit justru malah bikin kita jadi lebih pintar mengatur keuangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mba Irai, lebih pintar mengatur keuangan agar nggak merasakan penderitaan yang sama :)

      Hapus
  14. aku ngekost cuma 2 minggu hahaha gak betah sepii

    BalasHapus
    Balasan
    1. kok bisa sepi Mba Naqi?? biasanya kost-an itu rame :)

      Hapus

Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊

Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉

Member Of




Recent Comments

`