“Apalah Arti sebuah nama”
Sering banget saya mendengar/membaca kalimat di atas, namun saya termasuk dalam kategori orang yang tidak setuju dengan kalimat tersebut alasannya karena menurutku nama adalah identitas yang sangat penting bagi seseorang atau benda apapun di dunia ini.
Bayangkan jika di dunia ini tidak ada nama, yang terjadi pastilah sebuah kekacauan karena kita akan bingung memanggil atau menyebut seseorang/benda/makhluk hidup lain dengan sebutan apa. Entah bagaimana komunikasi bisa berjalan tanpa ada kata keramat yang kita sebut sebagai “nama” ini. Jadi menurutku nama adalah hal yang sangat vital bagi seseorang/benda/makhluk hidup atau apapun yang ada di dunia ini.
Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah artikel yang ditulis oleh salah satu teman blogger (aduh saya lupa siapa namanya dan apa judul tulisannya *getok kepala sendiri* - maafkan diriku yang melupakan namamu yah mbak :* kalau misalnya mbak membaca blogpost saya ini dan merasa apa yang saya tulis ini mirip tolong segera unjuk jari yah karena saya mau say thanks, hehe..) yang membahas tentang perubahan trend nama orang-orang di lingkungannya. Nama yang semula sangat kental unsur “ketradisionalannya” perlahan-lahan berganti dengan nama yang sangat kekinian.
Membaca artikel tersebut membuat saya berpikir untuk menuliskan hal yang sama tentang trend nama yang ada di lingkungan tempat tinggal kami. Iseng-iseng saya melakukan survey kecil-kecilan tentang trend nama orang-orang yang ada di lingkungan tempat kami tinggal (karena survey-nya hanya dilakukan di lingkungan tempat tinggal kami, maka bisa jadi hasilnya berbeda di tempat lain) dan hasil yang saya dapatkan adalah memang benar terjadi perubahan trend di setiap generasi. Trendnya akan saya bagi dalam empat kelompok:
Kelompok I
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah kakek-kakek atau nenek-nenek yang tahun kelahirannya diperkirakan dibawah tahun 1950-an. Seluruh orang di generasi ini namanya terdiri dari dua kata, dimana namanya di awali dengan kata LA untuk laki-laki dan WA untuk perempuan. Sebagai contoh: nama laki-laki La Umane dan nama perempuan Wa Kalambe.
*note: untuk nama yang diawali LA & WA ini memang telah menjadi ciri khas daerah kami yang mungkin tidak akan pernah hilang. (hingga kini La & Wa masih diletakkan di awal nama panggilan sehari-hari/bukan nama yang tertera di ijazah)
Kelompok IIYang termasuk dalam kelompok ini umumnya ibu-ibu atau bapak-bapak yang tahun kelahirannya antara 1950 hingga akhir tahun 1970-an. Generasi ini menggunakan dua type nama, yang pertama adalah nama yang hanya terdiri dari satu kata saja, misalnya Rahimu, Ziama, Yasilu, Hakia. Sedangkan type kedua adalah masih menggunakan nama yang di awali dengan kata LA dan WA.
Kelompok III
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah generasi yang lahir antara tahun 1980-an hingga akhir 1990-an. Ciri khas dari kelompok ini umumnya memiliki nama yang terdiri dari dua atau tiga kata yang mana kata terakhir dari namanya adalah nama dari ayahnya. Salah satu contohnya adalah nama saya Irawati Hamid atau nama teman saya Nur Fitriyana Asis (Hamid & Asis adalah nama ayah kami). Tapi ada juga teman-teman yang seumuran dengan saya yang namanya hanya terdiri dari satu kata saja misalnya Mila, Harman, Hardin.
Kelompok IVYang termasuk dalam kelompok ini adalah anak-anak yang lahir di awal tahun 2000 hingga sekarang. Generasi ini biasanya memiliki nama yang panjang-panjang dan sangat kekinian. Nama yang diberikan biasanya lebih dari tiga kata yang pelafalannya kadang sangat susah diucapkan dan sudah tidak menggunakan kata LA atau WA lagi diawal namanya (kecuali masih keturunan bangsawan biasanya akan tetap diawali dengan kata LA Ode atau WA Ode). Nama panggilannya pun menyerupai nama selebriti atau nama anak selebriti seperti Al, El, Nabila, Adiba dan beberapa nama kekinian lainnya.
Itulah empat trend nama yang berhasil saya amati di lingkungan tempat tinggal kami yang mana setiap generasi memiliki ciri khasnya masing-masing.
Trend nama yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya mungkin akan selalu berubah seiring perkembangan zaman namun satu hal yang pasti bahwa siapapun namanya, apapun trendnya dan secanggih apapun zamannya orang tua tentu sudah memiliki pertimbangan yang sangat matang sebelum memberi nama pada bayi-nya. Semua orang tua pasti berharap nama bayinya menjadi doa yang baik yang akan mengiringi kehidupan anaknya kelak.
Menurut saya nama yang diawali LA (laki-laki) & WA (perempuan) merupakan nama yang memiliki kesan istimewa bagi yang mendengarnya, terlebih di zaman yang sudah modern ini karena nama tersebut sudah menjadi ciri khas dari orang Buton/Bau-Bau, Muna & Wakatobi (ketiga daerah ini berada di Sulawesi Tenggara) yang mungin tidak akan ditemukan di tempat lain. Jadi jika suatu saat teman-teman bertemu dengan seseorang yang namanya diawali dengan LA atau WA sudah dapat dipastikan bahwa orang tersebut pastilah berasal dari Buton/Bau-Bau, Muna ataupun Wakatobi.
Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Mbak Armita Fibriyanti "Nama Paling Berkesan"
Sering banget saya mendengar/membaca kalimat di atas, namun saya termasuk dalam kategori orang yang tidak setuju dengan kalimat tersebut alasannya karena menurutku nama adalah identitas yang sangat penting bagi seseorang atau benda apapun di dunia ini.
Bayangkan jika di dunia ini tidak ada nama, yang terjadi pastilah sebuah kekacauan karena kita akan bingung memanggil atau menyebut seseorang/benda/makhluk hidup lain dengan sebutan apa. Entah bagaimana komunikasi bisa berjalan tanpa ada kata keramat yang kita sebut sebagai “nama” ini. Jadi menurutku nama adalah hal yang sangat vital bagi seseorang/benda/makhluk hidup atau apapun yang ada di dunia ini.
--
Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah artikel yang ditulis oleh salah satu teman blogger (aduh saya lupa siapa namanya dan apa judul tulisannya *getok kepala sendiri* - maafkan diriku yang melupakan namamu yah mbak :* kalau misalnya mbak membaca blogpost saya ini dan merasa apa yang saya tulis ini mirip tolong segera unjuk jari yah karena saya mau say thanks, hehe..) yang membahas tentang perubahan trend nama orang-orang di lingkungannya. Nama yang semula sangat kental unsur “ketradisionalannya” perlahan-lahan berganti dengan nama yang sangat kekinian.
Membaca artikel tersebut membuat saya berpikir untuk menuliskan hal yang sama tentang trend nama yang ada di lingkungan tempat tinggal kami. Iseng-iseng saya melakukan survey kecil-kecilan tentang trend nama orang-orang yang ada di lingkungan tempat kami tinggal (karena survey-nya hanya dilakukan di lingkungan tempat tinggal kami, maka bisa jadi hasilnya berbeda di tempat lain) dan hasil yang saya dapatkan adalah memang benar terjadi perubahan trend di setiap generasi. Trendnya akan saya bagi dalam empat kelompok:
Kelompok I
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah kakek-kakek atau nenek-nenek yang tahun kelahirannya diperkirakan dibawah tahun 1950-an. Seluruh orang di generasi ini namanya terdiri dari dua kata, dimana namanya di awali dengan kata LA untuk laki-laki dan WA untuk perempuan. Sebagai contoh: nama laki-laki La Umane dan nama perempuan Wa Kalambe.
*note: untuk nama yang diawali LA & WA ini memang telah menjadi ciri khas daerah kami yang mungkin tidak akan pernah hilang. (hingga kini La & Wa masih diletakkan di awal nama panggilan sehari-hari/bukan nama yang tertera di ijazah)
Kelompok IIYang termasuk dalam kelompok ini umumnya ibu-ibu atau bapak-bapak yang tahun kelahirannya antara 1950 hingga akhir tahun 1970-an. Generasi ini menggunakan dua type nama, yang pertama adalah nama yang hanya terdiri dari satu kata saja, misalnya Rahimu, Ziama, Yasilu, Hakia. Sedangkan type kedua adalah masih menggunakan nama yang di awali dengan kata LA dan WA.
Kelompok III
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah generasi yang lahir antara tahun 1980-an hingga akhir 1990-an. Ciri khas dari kelompok ini umumnya memiliki nama yang terdiri dari dua atau tiga kata yang mana kata terakhir dari namanya adalah nama dari ayahnya. Salah satu contohnya adalah nama saya Irawati Hamid atau nama teman saya Nur Fitriyana Asis (Hamid & Asis adalah nama ayah kami). Tapi ada juga teman-teman yang seumuran dengan saya yang namanya hanya terdiri dari satu kata saja misalnya Mila, Harman, Hardin.
Kelompok IVYang termasuk dalam kelompok ini adalah anak-anak yang lahir di awal tahun 2000 hingga sekarang. Generasi ini biasanya memiliki nama yang panjang-panjang dan sangat kekinian. Nama yang diberikan biasanya lebih dari tiga kata yang pelafalannya kadang sangat susah diucapkan dan sudah tidak menggunakan kata LA atau WA lagi diawal namanya (kecuali masih keturunan bangsawan biasanya akan tetap diawali dengan kata LA Ode atau WA Ode). Nama panggilannya pun menyerupai nama selebriti atau nama anak selebriti seperti Al, El, Nabila, Adiba dan beberapa nama kekinian lainnya.
**
Itulah empat trend nama yang berhasil saya amati di lingkungan tempat tinggal kami yang mana setiap generasi memiliki ciri khasnya masing-masing.
Trend nama yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya mungkin akan selalu berubah seiring perkembangan zaman namun satu hal yang pasti bahwa siapapun namanya, apapun trendnya dan secanggih apapun zamannya orang tua tentu sudah memiliki pertimbangan yang sangat matang sebelum memberi nama pada bayi-nya. Semua orang tua pasti berharap nama bayinya menjadi doa yang baik yang akan mengiringi kehidupan anaknya kelak.
Menurut saya nama yang diawali LA (laki-laki) & WA (perempuan) merupakan nama yang memiliki kesan istimewa bagi yang mendengarnya, terlebih di zaman yang sudah modern ini karena nama tersebut sudah menjadi ciri khas dari orang Buton/Bau-Bau, Muna & Wakatobi (ketiga daerah ini berada di Sulawesi Tenggara) yang mungin tidak akan ditemukan di tempat lain. Jadi jika suatu saat teman-teman bertemu dengan seseorang yang namanya diawali dengan LA atau WA sudah dapat dipastikan bahwa orang tersebut pastilah berasal dari Buton/Bau-Bau, Muna ataupun Wakatobi.
Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Mbak Armita Fibriyanti "Nama Paling Berkesan"