pict source: pixabay.com |
Sebelum melanjutkan tulisan ini, dari lubuk hati yang terdalam saya ingin mengucapkan selamat kepada para ibu yang telah berhasil memberikan asi eksklusif pada bayinya, juga buat para ibu yang bisa memberikan ASI pada anaknya hingga dua tahun. Rasanya pasti bahagia banget bisa memberikan makanan terbaik untuk buah hati tercinta. Saya bangga pada kalian Moms.
Namun buat para ibu yang belum berhasil memberikan ASI pada anaknya, jangan berkecil hati yah, kalian pun tetap ibu terbaik (kalimat pendukung ini sekaligus untuk menghibur diri sendiri).
Tulisan saya kali ini dalam rangka menanggapi artikel yang ditulis oleh Makmin KEB Istiana Sutanti yang membahas tentang ASI. Oh iya, sebelum berlanjut pada inti tulisan, saya ingin menjelaskan bahwa saya dan beberapa teman blogger berpartisipasi dalam sebuah proyek yang diadakan oleh Kumpulan Emak Blogger bertajuk "KEB Collaborative Blogging". Kebetulan saya dan sepuluh teman lainnya tergabung dalam kelompok satu.
Aturan mainnya adalah akan ada satu anggota dalam satu kelompok yang akan menulis artikel di web KEB yang mana tulisan tersebut akan menjadi inspirasi untuk membuat tulisan dengan tema serupa oleh anggota lain di kelompok yang sama. Dan kebetulan yang beruntung menuliskan artikel pertama di kelompok satu yang harus kami tanggapi adalah Makmin Istiana Sutanti dengan tema tulisan tentang ASI. Tulisannya bisa dibaca di sini :)
OK, tulisannya saya lanjut yah ^_________^
Kalo boleh jujur, sebenarnya saya adalah ibu yang tidak berhasil memberikan ASI pada bayi saya. Kurang dari lima tahun lalu saya adalah ibu yang gagal memberikan ASI pada bayi mungil saya. Karena itulah saat ada teman yang bercerita tentang kebahagiaan akan keberhasilannya memberikan ASI eksklusif pada bayinya, selain rasa bahagia, di saat yang sama selalu ada rasa sedih dan iri merayapi hati saya.
Sedih karena saya tidak bisa seperti mereka padahal kami sama-sama berstatus sebagai ibu, iri karena saya juga ingin menjadi ibu yang seperti itu, yang bisa memberikan makanan terbaik untuk bayi saya namun ternyata saya gagal tidak mampu melakukannya.
Saya bukanlah wanita beruntung yang dianugerahi ASI melimpah pada saat melahirkan bayi saya. Hingga tiga hari usai melahirkan, ASI saya tak kunjung keluar. Akibatnya, dengan berat hati bayi yang masih merah itu harus saya ikhlaskan untuk meminum susu formula melalui dot (saya tidak melahirkan di rumah sakit melainkan melahirkan di rumah dengan bantuan bidan dan dukun beranak).
Baca Juga: Pengalaman Melahirkan Anak Pertama Secara Normal
Satu minggu pertama paska melahirkan saya habiskan dengan mencoba berbagai cara untuk mendapatkan "benda berharga" yang bernama ASI itu. Berbagai usaha saya lakukan mulai dari mengkonsumsi makanan penambah produksi asi seperti daun katuk, jantung pisang dan kacang-kacangan, minum suplemen sampai dipijat agar saya rileks dan ASInya keluar (saya tahu usaha yang saya lakukan ini masih jauh dari kata maksimal dan mungkin tidak layak diceritakan).
Setelah lebih seminggu mencoba, usaha yang saya lakukan itu perlahan-lahan mulai membuahkan hasil. ASI saya yang semula tidak keluar, sedikit demi sedikit mulai mengucur (walau jumlah ASI yang saya hasilkan tetap tidak memenuhi kebutuhan bayi saya). Tapi ternyata semuanya sudah terlambat, bayi saya yang sudah terbiasa dengan dot malah ogah ketika saya beri ASI. Dia selalu menangis saat saya menyusuinya secara langsung dan baru diam ketika diberi dot, hiks *________* (belakangan saya baru tahu kalo itu dinamakan bingung puting).
pict source: pixabay.com |
Mendapat penolakan berkali-kali membuat saya terpukul, frustasi dan merasa tidak dibutuhkan. Dan yang menyedihkan, itulah yang membuat saya menyerah (Inilah kesalahan terbesar saya. Tanpa mau mencoba lebih giat, dengan mudahnya saya menyerah hanya karena beberapa kali ditolak oleh bayi merah yang bingung puting. Hal ini yang saya sesali sampai saat ini -____________-).
Rasa stress dan frustasi ditolak bayi saya membuat saya tidak semangat lagi berusaha hingga membuat produksi ASI saya perlahan-lahan berhenti (maafkan mama Nak, harusnya saat itu mama lebih giat berusaha dan tidak mudah menyerah). Puncaknya, saat bayi saya memasuki usia tiga bulan, produksi ASI saya benar-benar berhenti. Sejak saat itu bayi saya full mengkonsumsi susu formula :'(
Baca Juga: Ponakan Baru & Kenangan Menyusui
Jangan tanya bagaimana perasaan saya saat itu. Sedih, merasa bersalah dan stres menjadi teman setia. Setiap kali melihat wajah bayi saya yang tertidur, saya selalu saja menangis sembari membatin bahwa saya bukanlah ibu yang baik. Bahkan hingga saat ini rasa sedih masih kerap menyapa.
Namun rupanya kesedihan dan rasa bersalah yang saya rasakan belumlah cukup untuk menghukum saya. Di mata orang-orang yang melihat anak saya yang tidak ASI, sering muncul kalimat-kalimat menghakimi yang menggores luka yang masih berdarah itu. Inilah 5 kalimat yang sering mampir di telinga saya yang menurut saya tidak pantas diucapkan:
Asyiknya tidak memberi ASI, bisa jalan kemanapun tanpa memikirkan apakah si bayi sudah minum atau belum.Kalimat ini sering banget mampir di telinga saya saat mereka mengetahui bahwa anak saya tidak minum ASI. Dengan kening berkerut dan tatapan sinis, kalimat itu meluncur mulus dari mulut mereka.
Bagaimana perasaan saya mendengar kalimat tuduhan ini? Jelas sedih lah. Barangkali mereka (yang juga kebanyakan wanita itu) tidak menyadari atau lupa bagaimana rasanya saat mereka jalan tanpa membawa serta anaknya. Yang saya rasakan, selama beberapa waktu meninggalkan anak saya, 95% yang menjadi objek di pikiran saya adalah anak yang saya tinggalkan di rumah. Kerinduan untuk memeluk bayi yang tidak saya beri ASI itu sangat besar dibanding kerinduan yang saya rasakan saat berpisah dengan suami selama berbulan-bulan lamanya atau menunggu tanggal gajian saat dompet sudah mulai tipis.
Anak yang tidak minum ASI itu pasti akan sakit-sakitanSemua orang juga tahu keles kalo ASI mengandung antibodi terbaik untuk anak. Tapi bukan berarti anak yang tidak ASI akan menjadi anak yang penyakitan. Saya akui, kekebalan tubuh yang dimiliki anak yang minum ASI tentu lebih baik bila dibanding anak yang hanya minum susu formula, dan itu sudah dibuktikan oleh banyak orang.
Tapi tolong dong, jangan ucapkan lagi kalimat menyakitkan itu pada ibu yang anaknya tidak ngASI. Sebenarnya tanpa dikatakan, para ibu yang tidak memberikan ASI pada anaknya sudah tahu kok. Tanpa kalian katakan, si ibu sudah merasa khawatir dengan kesehatan anaknya. Jangan buat si ibu terus-terusan menanggung beban pikiran dan rasa bersalah karena menganggap dialah penyebab anaknya sakit.
Anak yang tidak minum ASI itu adalah anak sapiIni nih yang bikin emosi jiwa saat mendengarnya. Entah apa yang ada di pikiran orang yang tega mengeluarkan pernyataan ini. Saya berani mengatakan bahwa orang yang mengeluarkan pernyataan ini adalah orang yang tidak punya empati.
Yang saya tahu, seburuk apapun sifat seorang anak, orang tuanya (terlebih ibunya) pasti akan sangat terluka saat ada orang lain yang mengatakan bahwa anak mereka adalah anak (maaf) binatang. Dan mirisnya, masih banyak orang di sekitar saya yang mengatakan hal ini *___________*
Demi apapun juga, janganlah katakan kalimat ini kepada ibu yang gagal memberikan ASI pada anaknya, selain tidak pantas didengar, kalimat ini juga tidak pantas diucapkan *_________*
Anak yang tidak ASI pasti akan tumbuh menjadi anak yang bodohDuh. Pak/Bu, kok tega banget ngatain anak orang bodoh? Bukannya ingin membela diri, tapi tak pantas rasanya meramalkan kecerdasan anak orang lain. Semua orang tahu, ASI memiliki kandungan terbaik yang meningkatkan kecerdasan setiap anak tapi rasanya tetap tidak pantas bila mengatakan anak yang tidak minum ASI akan menjadi anak yang bodoh. Saya yakin anak yang tidak minum ASI pun memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh menjadi anak yang cerdas bila diberi makanan bergizi dan stimulasi yang baik oleh orang tuanya.
Baca Juga: Ayo Ciptakan Generasi Platinum Dengan Mengikuti Program BMD Chil-Go!
Kamu tidak memberi ASI karena ingin menjaga penampilanmu kan? Mungkin ada ibu yang tidak memberi ASI pada bayinya karena ingin menjaga penampilannya tapi saya yakin itu hanya satu dari seribu ibu. Kalimat tuduhan ini akan sangat melukai hati ibu yang sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberi ASI pada bayinya namun karena sesuatu dan lain hal membuat ia gagal melakukannya.
Cukup sudah penderitaan dan kesedihan yang ditanggungnya karena tidak mampu memberi makanan terbaik pada buah hatinya, jangan lagi kau menambahnya dengan tuduhan yang tak berdasar itu.
**
Itulah lima hal menyakitkan yang membuat ibu yang tidak berhasil menyusui bayinya seperti saya semakin stress dan sedih. Fyi, bagi ibu yang gagal memberi ASI pada bayinya, ditatap miris oleh ibu menyusui lainnya saja sudah membuat sedih dan frustasi, jadi janganlah lagi ditambah dengan kalimat-kalimat bernada menyakitkan. Percayalah, semua ibu pasti ingin memberi yang terbaik untuk buah hatinya namun tidak semua ibu diberi keberuntungan memproduksi ASI yang melimpah.
Berbekal kegagalan saya memberikan ASI pada anak pertama saya, saya bertekad agar tidak mengalami hal serupa pada anak kedua nanti. Berbeda dengan kali pertama yang belum memiliki pengalaman dan pengetahuan, Insyaallah pada kelahiran kedua nanti saya akan lebih giat berusaha dan pantang menyerah.