Selamat siang Gaes, gimana kabarnya? Semoga sehat selalu yah, amin. Di hari senin kedua di bulan april ini kita berjumpa kembali dalam tulisan yang “agak berat” nih, yaitu tulisan tentang tekanan darah tinggi.
Hah? Saya darah tinggi?? Jawabannya bukan. Alhamdulillah bukan saya yang menderita penyakit ini. Tapi melalui tulisan ini saya ingin membagikan pengalaman yang dirasakan oleh mama saya beberapa waktu yang lalu. Semoga saja pengalaman mama bisa memberi manfaat bagi orang yang juga merasakan hal yang sama yaitu “menderita tekanan darah tinggi”
Pada pertengahan bulan maret lalu, sekitar jam dua siang mama menelpon saya dengan suara yang nggak seperti biasanya. Dengan suara yang lemah, mama mengabarkan bahwa ia sedang sakit. Mendengar mama berkata demikian, saya langsung menelpon suami agar segera menengok mama (karena kebetulan suami lebih dekat jaraknya dari rumah mama). Sedangkan saya yang sedang berada di kantor baru bisa ke rumah mama setelah pulang kantor.
Malam harinya setelah tiba di rumah mama, saya melihat mama hanya bisa duduk. Ia nggak bisa berbaring ataupun berjalan karena matanya berkunang-kunang. Ketika berbaring, mama merasa rumah seolah akan menindihnya. Sama halnya ketika ingin berjalan, mama harus dipapah karena sangat berbahaya bila ia berjalan sendirian. Mama berkata bahwa penyebab ia seperti itu adalah karena tekanan darahnya naik. Normalnya, tekanan darah mama 120/80 mmHg, namun saat itu menjadi 150/100 mmHg.
Sebagai seorang anak, menyaksikan mama dengan kondisi seperti itu rasanya sedih banget. Terlebih saat menyadari bahwa mama tinggal sendirian di rumah dan jauh dari anak-anaknya termasuk saya. Saya nggak tega melihat mama sakit, saya ingin mama selalu sehat dan bahagia *saya yakin semua anak pasti seperti itu*
Saya langsung bertanya apakah mama sudah minum obat? Mama menjawab iya. Mama sudah diperiksa dan diberi obat oleh salah seorang perawat yang tinggal nggak jauh dari rumah mama. Ada empat jenis obat yang diberikan oleh perawat tersebut, tapi saya lupa apa saja nama obatnya.
Mendengar kondisi mama yang sakit, para tetanggapun datang menjenguk. Dan salah seorang tetangga yang menjenguk mama (sebut saja namanya ibu Bunga), ternyata juga memiliki penyakit yang sama seperti mama. Menurut ibu Bunga, sudah sering kali tekanan darahnya naik dan selalu normal kembali saat ia meminum rebusan daun belimbing wuluh. Menurutnya, tekanan darahnya akan kembali normal setelah tiga kali meminum air rebusan daun belimbing wuluh.
lima tangkai daun belimbing wuluh |
Berikut langkah-langkah yang saya lakukan:
- Petik empat atau lima tangkai daun belimbing wuluh
- Cuci tangkainya, lalu pisahkan daun belimbing dari tangkainya
- Masukkan daun belimbing ke panci yang di dalamnya telah terisi tiga gelas air
- Rebus sampai mendidih dan airnya tersisa satu gelas
- Diamkan beberapa saat sampai airnya hangat, tuang airnya ke dalam gelas lalu minum (menurut mama, rasa air rebusan ini tidaklah pahit).
air rebusan daun belimbing wuluh, warna aslinya seperti warna teh (gak tau kenapa fotonya bisa jadi kayak sirup begini?) |
Mama meminum ramuan ini dua kali sehari yaitu setiap pagi dan sore hari. Alhamdulillah tekanan darah mama kembali normal setelah empat kali meminum obat ini (saat meminum air rebusan daun belimbing wuluh, mama berhenti mengkonsumsi obat yang diberi perawat).
Oh iya, ini beberapa pesan dari ibu perawat yang mungkin bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari guna menghindari penyakit "tekanan darah tinggi" ini:
- Hindari stress
- Jangan merokok dan mengkonsumsi alkohol
- Istirahat yang cukup
- Jangan begadang. Saya baru tahu ternyata begadang tidak hanya menyebabkan kurang darah namun bisa juga menjadi penyebab darah tinggi (sepertinya ini salah satu penyebab mama saya menderita tekanan darah tinggi karena setiap malam selalu begadang untuk nonton serial drama turki hingga larut malam ).
- Batasi diri dalam mengkonsumsi daging yang bersifat panas (daging kambing, daging kuda)
Sakitnya mama membuat saya semakin sadar bahwa kesehatan memang sangat mahal harganya. Kesehatan adalah harta yang tidak ternilai dan menjadi impian semua orang.
Demikian cerita tentang mama dan penyakit tekanan darah tinggi yang ia derita. Semoga pengalaman mama bisa bermanfaat bagi orang lain khususnya bagi mereka yang memiliki penyakit yang sama.
Sehat terus yah Mama, jangan sakit-sakit lagi..