3 JENIS ALAT TRANSPORTASI LAUT YANG SERING SAYA GUNAKAN

Januari 20, 2017

Yuhuii, udah tanggal 20 ajaa yaa hari ini. Itu berarti saatnya saya publish artikel kolaborasi bareng dua sahabat saya yang sama-sama berasal dari Sulawesi Tenggara nih yakni Jeng Irna Octaviana (Irly) dan Jeng Diah Alsa.

Sebelum melangkah pada isi tulisan, terlebih dahulu izinkanlah saya untuk memperkenalkan nama kolaborasi yang akan kami jalani. Nama kolaborasi kami adalah Sultra Blogger Talk. Mengapa memilih nama itu? Karena kolaborasi ini dilakukan oleh blogger-blogger yang berasal dari Sulawesi Tenggara (Sultra), hihihi ^_____^. Yup, sesimpel itu alasannya.

Tanggal 20 Januari 2017 ini  kami pilih sebagai waktu yang pas untuk mulai menjalankan proyek ini. Seperti halnya kolaborasi yang dilakukan oleh blogger lain, aturan main Sultra Blogger Talk ini juga sama seperti itu. Kami akan memilih sebuah tema untuk kemudian kami tulis di blog berdasarkan sudut pandang masing-masing.

Artikel kolaborasi ini akan dipublish secara serentak pada tanggal 20 setiap bulannya. Doakan semoga kolaborasi ini berjalan lancar dan kami tetap istikomah menjalankannya yaa.

OK, tak perlu berpanjang-panjang ria, kini saatnya kita masuk pada inti tulisan. Tema yang kami pilih untuk tulisan pertama pada Sultra Blogger Talk bulan Januari ini adalah "Transportasi Laut". Tema ini muncul karena akhir-akhir ini kita sering banget disuguhi berita buruk tentang musibah yang menimpa transportasi laut kita -______-. Semoga kejadian-kejadian seperti itu tidak terjadi lagi, amin..


Baca tulisan Irly dan Diah pada link di bawah ini:


Sudah sering saya tuliskan di blog ini bahwa saya dan keluarga tinggal di daerah yang wilayahnya dikelilingi lautan. Tak mengherankan bila di sini, transportasi laut menjadi hal yang akrab bagi hampir semua lapisan masyarakat, tak terkecuali saya.

Sejak kecil saya sudah terbiasa naik alat transportasi laut. Awal-awal naik, saya selalu diserang rasa takut (penyebabnya karena saya tidak pandai berenang). Berbagai pikiran buruk selalu menghampiri, seperti "kalo di tengah laut kapalnya mogok, saya harus ngapain yaa?" atau "kalo kapalnya tenggelam saya harus gimana?" atau "saya kan tidak pandai berenang, kalo kapalnya kenapa-napa, saya harus minta tolong pada siapa dong?" dan beberapa pertanyaan bernada takut lainnya.

Namun seiring berjalannya waktu dan pertambahan usia, perlahan-lahan saya mulai berani untuk naik transportasi laut ini. Rasa takut itu masih ada sih, hanya saja sudah jauh berkurang. Terlebih setelah melahirkan anak pertama lima tahun yang lalu, yang mana sejak berakhirnya masa cuti melahirkan yang diberikan oleh kantor hingga usia anak saya mencapai tiga tahun, naik transportasi laut ini menjadi aktivitas rutin yang saya lakukan setiap pagi dan sore hari saat masuk kantor dan pulang kantor. Tak mengherankan bila akhirnya saya menjadi akrab banget dengan jenis transportasi ini.

Tidak sedikit cerita "horor" menghampiri saya ketika naik alat transportasi laut, apalagi pada bulan-bulan seperti ini (bulan Desember hingga Maret adalah puncak keganasan ombak). Berkali-kali speedboat yang saya tumpangi diterjang ombak hingga terombang-ambing dan tak tentu arah di lautan dan saya sangat ketakutan dibuatnya.

Saat berada pada situasi seperti itu, tak ada yang bisa saya lakukan, saya hanya bisa pasrah sembari berdoa kepada yang Maha Kuasa agar diberi perlindungan hingga speedboatnya tiba dengan  selamat di pelabuhan.

Tapi apakah kejadian menakutkan itu membuat saya kapok untuk kembali naik transportasi laut? Jawabannya adalah TIDAK. Saya tidak boleh merasa kapok karena untuk sampai ke Bau-Bau saya memang harus naik transportasi laut. Tak ada jembatan yang menghubungkan Kabupaten Buton Tengah (tempat tinggal keluarga kami) dengan kota Bau-Bau layaknya jembatan Suramadu yang menghubungkan kota Surabaya dan Pulau Madura. Kejadian "horor" itu saya anggap sebagai shock therapy untuk mengukur sejauh mana keberanian saya.

Oh iya gaes, tidakkah kamu ingin tahu jenis-jenis alat transportasi laut yang ada di kota Bau-Bau dan sekitarnya? Fyi, alat transportasi laut yang ada di kota Bau-bau dan sekitarnya ini beragam loh. Para penumpang diberi kebebasan untuk memilih alat transportasi yang hendak ditumpanginya. Penasarankah kamu dengan alat transportasi laut yang sering saya tumpangi? Setidaknya tiga jenis transportasi laut ini menjadi andalan saya saat hendak menyeberang dari rumah mertua ke kantor atau pun sebaliknya:

1. Speedboat
Speedboat menjadi transportasi andalan yang saya gunakan bila hendak menyeberangi lautan dari Buton Tengah menuju ke Bau-Bau. Mengapa ia menjadi transportasi laut andalan saya? Karena jenis transportasi ini tidak memiliki jadwal keberangkatan. Asal penumpangnya sudah mencukupi, ia akan langsung berangkat. Ini sangat cocok buat saya yang pengen cepat-cepat sampai di tempat tujuan.

beberapa speedboat yang sedang menunggu antrian untuk berangkat (abaikan sampah yang berserakan di laut -_____-)

Tarif normal angkutan ini untuk sekali naik adalah Rp. 15.000,-/orang namun kadang-kadang si empunya speedboat sering menaikkan tarifnya sesuka hati dan sedihnya penumpang tidak punya kuasa untuk protes, hiks. Bila penumpangnya bertanya mengapa tiba-tiba tarifnya menjadi naik? Beragam alasan dikemukakan oleh si empunya speedboat, di antaranya adalah hari yang sudah semakin sore sehingga jumlah penumpang yang naik tidak memenuhi kuota, kerasnya ombak sehingga pihaknya harus mengurangi jumlah penumpang dan beberapa alasan lain yang kedengarannya kadang kurang masuk akal -_____-.

Kelebihan menggunakan speedboat ini adalah waktu tempuhnya yang relatif lebih cepat dibandingkan kapal Feri dan waktu keberangkatannya yang fleksibel (walau kadang-kadang ini juga bisa menjadi kekurangannya bila jumlah penumpang tidak memenuhi).

2. Kapal Feri
Alat transportasi lain yang juga saya gunakan adalah Kapal Feri. Saya tidak terlalu sering menggunakan transportasi ini karena jadwal keberangkatannya mengikuti jadwal yang telah dibuat oleh pihak ASDP. Karena saya termasuk dalam kategori orang yang tidak sabar menunggu, jadilah saya lebih suka naik speedboat.

Saya baru akan naik kapal feri saat sedang jalan berdua dengan suami atau saat bertiga dengan anak. Alasannya karena saat itu kami mengendarai sepeda motor. Rasanya lebih nyaman menaikkan sepeda motor di kapal feri dibandingkan di speedboat. Selain keselamatannya lebih terjaga (kalo lewat feri, baik penumpang maupun sepeda motor wajib menggunakan tiket, yang otomatis tercover asuransi) juga harga muatnya yang cenderung lebih murah (tetep yaa alasannya IRIT, hehehehe).

foto Wahyu di atas feri beberapa tahun lalu


3. Jarangka
Nama alat transportasi yang ketiga adalah Jarangka. Dibandingkan dua alat transportasi yang lain, bisa dibilang ini adalah alat transportasi laut yang paling jarang saya gunakan. Saya hanya menggunakan alat transportasi ini pada saat-saat tertentu saja, misalnya ketika ombak di lautan semakin ganas, jumlah penumpang yang hendak naik speedboat sedikit sehingga membuat saya menunggu lama sedangkan pada saat itu saya sedang terburu-buru untuk secepatnya tiba di rumah/kantor, atau ketika saya terlambat pulang sedangkan dua alat transportasi yang lain yakni speedboat dan feri sudah tidak beroperasi lagi karena hari sudah malam.

Asyiknya naik jarangka ini adalah kita bisa mengatur kapan waktu keberangkatannya karena sistim yang dipakai adalah sistim carter. Tarif yang harus dibayar oleh penumpang untuk sekali carter adalah Rp. 60.000, s/d Rp. 100.000- tergantung waktu nyarternya, semakin malam maka harganya semakin mahal.

wujud jarangka (pic source: soraouji.com)

Itulah tiga jenis alat transportasi laut yang saya gunakan ketika menyeberangi lautan dari Bau-Bau menuju Buton Tengah atau sebaliknya.

Oh iya, selain menuliskan 3 jenis alat transportasi laut yang sering saya tumpangi, pada kesempatan ini saya juga ingin berbagi tips meredakan rasa takut saat naik kapal laut bagi orang yang tidak pandai berenang ala saya:

  • Membaca doa. Saya adalah salah satu orang yang sangat percaya dengan kekuatan doa. Maka sebelum speedboat/kapal feri/jarangka-nya berangkat, saya tak pernah lupa berdoa meminta perlindungan dan keselamatan kepada Sang Pemberi hidup. Dengan berdoa saya menjadi lebih tenang menjalani perjalanan.
  • Kuatkan hati dan pasrah. Dibutuhkan kekuatan hati untuk menghilangkan rasa takut yang menyerang, apalagi bila saat itu saya memang sedang berada dalam situasi yang mengharuskan saya untuk segera menyeberangi lautan yang sedang berombak, tekad yang kuat dan pasrah menjadi senjata andalan saya melawan rasa takut.
  • Jangan melihat air laut. Saat ombak sedang "ganas", saya tidak akan pernah membuka kaca jendela untuk melihat kondisi air laut karena itu bisa memperparah rasa takut yang menyerang. Duduk diam sambil berdoa adalah salah satu cara terbaik yang saya pilih untuk meredakan rasa takut. 
  • Alihkan perhatian dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Ada beberapa kegiatan yang juga sering saya lakukan untuk mengalihkan perhatian saya dari rasa takut, misalnya dengan bermain handphone (sosmed-an atau main game), membaca buku, mendengarkan musik atau kegiatan lain yang bisa membuat saya lupa sedang berada di mana.

Alhamdulillah empat cara di atas terbukti bisa meredakan ketakutan yang saya rasakan saat naik alat transportasi laut. Kalau kamu yang juga tidak pandai berenang, cara apa yang kamu lakukan untuk meredakan rasa takutmu saat naik alat transportasi laut/air? Yuk bagi ceritamu di kolom komentar ^______^

Sampai jumpa di tulisan Sultra Blogger Talk lainnya di tanggal 20 bulan berikutnya yaah :)

You Might Also Like

16 Komentar

  1. Sayaa mabuk lauut mbaak :| jadi sebelum naik kapal pasti minum obat anti mabuk biar bisa menikmati laut tanpa sibuk dengan pening dan mual dan menyerang, , heheheh salam kenal mbak ira :D asik blognya. . hihiihi

    BalasHapus
  2. Mbak, yg jarangka aku belum pernah hehehe.
    Jarang juga naik ferry or speed boat. Uh, kayakna takut juga secara aku nggak bisa berenang hehehe

    BalasHapus
  3. Jarangka...mirip kapal nelayan ya mbak. Klo sudah terbiasa sama ombak, mungkin biasa ya mbak...tapi klo buat kami yang di Jawa, yang banyakan main angkutan darat...wuih...nggak kebayang. Aku tidak bisa berenang sama sekali mb..jadi..nggak bisa mbayangin klo tiap hari mesti nyebrang sungai/laut

    BalasHapus
  4. belum pernah naik semua mba semoga nti kesampean :)

    BalasHapus
  5. Ih keren kolaborasinya kak >.< semoga someday bisa gabung, klo sudah bisa nulis :D

    btw, saya nd pernah pi coba naik Jarangka kak, nama juga baru tahu dari sini.. hihi.. saya cuma sebut itu kapal nelayan hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Idem ma Eqii, Kak. Saya jg baru tahu jarangka, semacam bagang bukan ini Kak? #ehh

      Ohyaa hurraay, saya ada temannya ndk be berenang juga 😁

      Eqiii, ayomii ikut nulis bareng jg 😉

      Hapus
    2. Ih terharuku kakak-kakak diajak gabung.. tapi saya harus belajar banyak dulu ini ddi'.. hihihi.. :D

      Hapus
  6. Belum pernah naik Jarangka. Penasaran sebenarnya. :D

    BalasHapus
  7. Aku suka laut, tapi kadang ngeri kalau berada di tengahnya. Takut tenggelam. ^_^

    BalasHapus
  8. Saya sudah pernah naik semuanya.. naik jarangka paling enak kalau memancing.. hahah *ketahuan bolang :D

    BalasHapus
  9. Kalau saya sih kayaknya lebih memilih feri deh mbak Ira, sepertinya lebih nyaman dan aman ya. Kalau speedboat ngeri pasti lajunya cepat dan jarangka kayaknya paling enggak deh karena bentuknya seperti perahu biasa gitu, berasa terombang ambingnya kerasa banget.

    Tapi kalau boleh memilih saya nggak milih semuanya mbak, saya nggak bisa berenang. Membaca ini saya jadi tambah bersyukur karena tidak harus melalui hal yang tidak saya inginkan. Semoga mbak Ira selalu dalam lindungan Allah ya, semua demi keluarga dan cita-cita mulia ya mbak :)

    BalasHapus
  10. saya waktu kecil pernah tenggelam di lautan Mbak karena kapal yang kami tumpangi terbalik, besar ombak. Tapi dari pengalaman itu, sekarang malah jadi pencinta pantai, entah mengapa. :)

    BalasHapus
  11. Moga kolabnya istiqomah ya kak ����
    Hua baru tau itu namanya Jarangka dan lebih Mahal dari speedboats ya
    Dulu pernah Mau nyebrang pulau, nggak jadi karena cuaca mendung bgt..
    Moga lancar Dan Selamat selalu ya kak Ira..

    BalasHapus
  12. Seruuu banget, walau pasti tiap mau nyeberangbkudu banyak2 ingat yang di Atas ya Mbak Ir, knapa atuh horror storynya nda dituntaskeun sekalian sku pnasaran nih haha

    Speedboat harganya fluktuatif, oke fix berarti harus sedia uang lebih klo terpaksanya ketemu kapal yg jenis ini

    Cuma enaknya dia lebih cepet sampe ya, aku juga sih ketimbang naek feri yang bikin mabok laut dan kepala tehuyung2 (meski ada asurasi), kayaknya mending speedboat klo ukuran jaraknya semacam suramadu

    BalasHapus
  13. Kalau d Muna ada Jonson, katinting, koli2. 😁

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung dan meninggalkan komentar di sini 😊😊

Mohon untuk berkomentar menggunakan kata-kata sopan dan tidak meninggalkan link hidup yah, karena link hidup yang disematkan pada komentar akan saya hapus 😉

Member Of




Recent Comments

`