Tak terasa, hari ini tepat 1 bulan 3 hari saya menikmati libur atas cuti lahiran yang saya ajukan. Ya, waktu cepat banget berlalunya, tau-tau jatah cuti saya hanya kurang dua bulan lagi. Ahhh jadi ingat betapa pak Bos lumayan stres memikirkan siapa yang akan meng-handle pekerjaan saya saat saya cuti nanti, khawatir si admin baru tidak bisa menguasai pekerjaannya saat saya sudah cuti, sekarang saya malah sudah mau ngantor lagi.
pic source: pixabay.com |
Ngomong-ngomong tentang pekerjaan, saya jadi pengen cerita tentang pekerjaan-pekerjaan yang pernah saya lakoni sebelum bekerja di tempat saya sekarang deh. Karena setelah saya ingat-ingat ternyata pekerjaan yang pernah saya lakoni itu lumayan banyak juga, hehehe
Sejak kecil saya sudah suka bekerja. Bekerja apa saja (yang pastinya halal) asal menghasilkan uang, pasti dengan senang hati saya lakukan. Saya ingat, saat kelas 2 SD saya jadi pengumpul tanah kapur (bahan baku pembuatan batako) dan kemudian menjualnya pada pembuat batako. 1 karung ukuran 50 kg, tanah kapur yang saya kumpulkan tersebut dihargai Rp. 300,-. Kerjaan lain yang saya lakukan adalah mengisi tanah di polybag sebagai media tanam biji lamtoro (saat itu sedang digalakkan program penghijauan oleh pemerintah). Kantong yang sudah berisi tanah itu diletakkan pada tempat yang dinamakan bedeng (lahan berukuran ± 1x2 meter). Satu bedeng yang full terisi polybag dihargai Rp. 2.000,
-
-
Saya melakukan semua itu bersama teman-teman secara diam-diam tanpa diketahui mama dan papa. Apa yang paling membahagiaan saat melakukan kegiatan yang rasanya cukup berat dilakukan anak SD itu? Adalah saat menerima upah. Uang yang didapat bisa ditabung atau dibelanjakan apapun yang diinginkan tanpa perlu repot meminta pada orang tua.
Selain 2 pekerjaan yang saya sebut di atas, kerjaan lain yang saya lakukan saat SD adalah menjajakan roti buatan mama. Saya melakukan ini 2x sehari yaitu pada pagi hari sebelum ke sekolah dan pada sore hari setelah shalat ashar. Setiap penjualan mencapai Rp. 1.000,- saya akan digaji Rp. 100,- oleh mama. Pekerjaan lain yang saya tekuni adalah menjadi pedagang makanan ringan. Saya menggelar dagangan itu di depan rumah.
Memasuki SMP, kegiatan menghasilkan uang sendiri masih terus berlanjut. Saat itu setiap ramadhan tiba, saya selalu diajak tetangga yang berprofesi sebagai pedagang menemaninya berjualan sepatu/sandal. Upah yang saya terima setiap kali menemaninya adalah Rp. 5rb - Rp. 15rb tergantung banyaknya barang yang terjual. Saya melakukannya 3x seminggu.
Kerjaan lain yang saya tekuni adalah membelah jambu mete (memisahkan biji dari kulitnya hingga menghasilkan kacang mete). Hasil dari pekerjaan ini lumayan karena saya bisa membeli beberapa gram emas, membeli beberapa alat rumah tangga untuk mama dan sisa uangnya masih bisa saya tabung. Sampai SMA saya masih melakukan 2 pekerjaan ini.
Saat kuliah semester 5, saya bekerja sebagai pramuniaga di salah satu pusat perbelanjaan di Makassar. Sayangnya setelah hampir satu tahun bekerja, saya memutuskan resign karena jadwal kerja mulai bentrok dengan jadwal kuliah. Setelah itu saya tidak melamar kerja lagi, saya fokus menyelesaikan kuliah.
3 bulan setelah tamat kuliah, saya diterima bekerja di salah satu perusahaan property di Makassar namun hanya 4 bulan saja saya bekerja di sana. Setelah cukup lama tinggal jadi pengangguran di Makassar, saya memutuskan balik ke rumah orang tua di Lombe. Mengetahui saya tak punya kerjaan, sahabat saya mengajak saya bekerja sebagai penjaga warnet di tempatnya. Setelah 6 bulan menjadi penjaga warnet saya kemudian diterima bekerja di tempat kerja saya saat ini
Saat jadi penjaga warnet inilah saya berkenalan dengan suami lewat facebook. Setelah beberapa kali kopdar, kami berdua akhirnya yakin untuk melanjutkan hubungan kami ke jenjang pernikahan.
Karena terbiasa bekerja sejak kecil, saya jadi sangat menikmati saat-saat bekerja. Bagi saya, bekerja tak hanya untuk mendapatkan penghasilan saja, melainkan salah satu cara aktualisasi diri. Maka sebelum menerima lamaran suami, ada satu hal yang saya tegaskan padanya bahwa kelak saat kami menikah, saya tidak ingin dilarang bekerja, saya hanya akan berhenti menjadi working woman bila saya sendiri yang menginginkannya. Alhamdulillah suami tak keberatan karena ibunya juga working mom :)
Sampai saat ini saya masih betah dan sangat menikmati bekerja di luar rumah, belum terpikir untuk resign dan fokus bekerja di rumah. Suami dan orang-orang terdekat sangat mendukung apapun pilihan saya :)